Nama : Wahyuningtyas A.M
NIM : 15630036
Termodinamika merupakan ilmu yang menyelidiki tentang transformasi (perubahan bentuk) energi yang memungkinkan kita untuk membicarakan perubahan- perubahan kimia secara kuantitatif. Hidup manusia tidak jauh dari kebutuhan terhadap
air. Air adalah salah satu zat cair yang penting bagi manusia karena apabila
manusia kekurangan air atau zat cair dalam tubuhnya dapat mengakibatkan
kematian. Namun dalam hal mencampurkan zat cair perlu adanya perhitungan agar
dapat memperoleh volume air yang diinginkan. Karena tidak serta merta akumulasi
dari volume zat A dan zat B ditambahkan akan menghasilkan volume yang pasti
berdasarkan penjumlahan kedua volume tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil volume campuran yang didapatkan. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan tentang volume molal parsial untuk mendapatkan volume campuran
tertentu dengan tepat.
Volume
molar parsial
Molal atau molalitas didefinisikan
sebagai jumlah mol zat terlarut per kg pelarut. Dari pengertian tersebut
molalitas dapat juga diartikan sebagai perbandingan antara jumlah mol zat
terlarut dalam satuan mol dengan massa pelarut dalam satuan kilogram. Dimana
rumus dari molalitas adalah:
Volume
molar parsial adalah kontribusi volume dari satu komponen dalam suatu zat/
komponen terhadap keseluruhan volume (volume total).
Volume
molar parsial komponen suatu campuran dinamis atau berubah-ubah tergantung pada
komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul dapat berubah apabila
komposisinya berubah dari A murni ke B murni. Perubahan lingkungan molekular
dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan
variasi sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah (Atkins, 1996:
170).
Volume
molar parsial Vx dari suatu zat X pada beberapa komposisi umum dapat
dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
nx :
jumlah mol X
V : volume molal
parsial
p : tekanan tetap
T : temperatur
tetap
n’ jumlah semua
zat lain tetap
Dimana Vx
adalah volume molal parsial dari komponen ke-x secara fisik, Vx berarti
kenaikan dalam besaran termodinamik V yang diamati ketika 1 mol senyawa
ditambahkan kedalam suatu sistem yang besar, sehingga komposisinya tetap
konstan. Pada P dan T yang konstan, persamaan diatas dapat ditulis sebagai
dan apabila diintegrasikan menjadi
dan apabila diintegrasikan menjadi
Maksud dari
integrasi ini adalah bahwa suatu larutan yang komposisinya tetap, ketika suatu
komponen n1, n2..... , nx ditambah
lebih lanjut akan menghasilkan komposisi relatif tetap konstan dari tiap- tiap
jenis. Karenanya besaran molal tetap sama tidak terpengaruh dan integrasi
diambil pada banyaknya mol.
Nilai bergantung
pada komposisi, maka ketika komposisi campuran berubah sebesar penambahan dnA
zat A dan dnB zat B, maka volume total campuran berubah
sebesar:
Setelah kita tahu
volume molar parsial kedua komponen campuran pada komposisinya dan temperatur
(yang sama dan tetap) kita dapat menyatakan volume keseluruhan total campuran
V, dengan persamaan
V = nAVA
+ nBVB
Terdapat
tiga sifat termodinamik molal parsial utama, yaitu:
1. Volume
molar parsial dari masing- masing komponen dalam larutan (disebut sebagai panas
diferensial larutan)
2. Entalpi
molal parsial dan
3. Energi bebas molal parsial.
Ketiga
sifat tersebut dapat ditentukan dengan bantuan grafik, menggunakan neraca
analitik yang menunjukkan V dan n ,dan dengan menggunakan fungsi yang disebut
besaran molal nyata, persamaannya yaitu
Dimana ⊽x adalah volume molal untuk komponen
utama.
Pembahasan secara kuantitatif larutan
telah banyak dikembangkan oleh ilmuan berdasarkan pengenalan konsep kuantitas
molal parsial. Sifat suatu larutan sebagai volume campuran alkohol dan air yang
dapat diaplikasikan dalam pembuatan minuman yang pembuatannya dengan mencampurkan
2 atau lebih cairan yang berbeda.
Salah
satu pengaplikasian pengetahuan tentang volume molar parsial yaitu pada kasus
seorang bartender ingin membuat 100 cm3 minuman dengan mencampur
30 cm3 minuman dengan
mencampur 30 cm3 etanol dengan 70 cm3 air pada temperatur
25°C, namun menghasilkan hasil campuran tidak sesuai dengan volume yang
diinginkan. Berapa volume campuran awal dan berapa volume yang diperlukan untuk
mendapatkan campuran yang sesuai?
Maka kita dapat
mengetahui volume awal yang didapatkan dengan cara
1. kita hitung Mol
Air
nH2O =
V × ρ / Mr
nH2O =
(70 ml × 0,997 g/mL) / 18 g/mol = 3,87 mol
2. kita hitung Mol
Etanol
nC2HsOH
= V × ρ / Mr
nC2HsOH
= (30 ml × 0,789 g/mL) / 46 g/mol = 0,514 mol
akan didapatkan,
Fraksi mol air = mol H2O + mol C2H5OH
: 2
= (3,87 mol +
0,514 mol) : 2
= 0,883
Fraksi mol etanol = 1- fraksi mol a
= 1 – 0,883
= 0,117
= 1 – 0,883
= 0,117
3. Menentukan
volume awal minuman yang didapat dengan rumus
V = nAVA + nBVB
Nilai Vair dan V etanol didapatkan dari grafik korelasi volume molal parsial air dan etanol diatas, didapatkan V air = 18 cm3 mol-1 dan volume etanol = 53,6 cm3 mol-1
V = nAVA + nBVB
Vawal = nAir VAir + nEtanol VEtanol
V = nAVA + nBVB
Vawal = nAir VAir + nEtanol VEtanol
= 3,87 mol × 18
cm3 mol-1 + 0,514 mol × 53,6 cm3 mol-1
= 97,2 ml
Setelah diketahui
volume awal yang didapatkan maka untuk mendapatkan volume campuran 100 cm3
maka kita misalkan,
V2 =
100 ml
Vawal =
V1 = 97,3 ml
Kemudian
dimasukkal lagi ke dalam persamaan
Vtotal = V2 /
V1 × Vair + V2 / V1 × Vetanol
=100ml/97,2 ml ×
70 ml + 100ml/97,2 ml × 30 ml
= 72 ml + 30,8 ml
= 102,8 ml ≈ 100
ml
Jadi bartender
membutuhkan 72 ml air dan 30,8 ml etanol untuk mendapatkan 100 ml volume
minuman yang diinginkan.
Berikut ini adalah video gambaran nyata jika air dan etanol dicampur menjadi satu yang menunjukkan bahwa 1 + 1 tidak selamanya sama dengan 2
Berikut ini adalah video gambaran nyata jika air dan etanol dicampur menjadi satu yang menunjukkan bahwa 1 + 1 tidak selamanya sama dengan 2
Fungsi Gibbs Molar Parsial
Potensial Kimia
Fungsi Gibbs
Total Campuran
Dengan µA dan
µB sebagai potensial kimia pada komposisi campuran
(Atkins, 1996: 172).
Persamaan Gibbs- Duhem
dG = µA dnA
+ µB dnB + nA
dµA + nB dµB
karena tekanan
dan temperatur tetap
nA dµA
+ nB dµB = 0
maka menghasilkan potensial kimia
campuran tidak dapat berubah secara biner, jika satu komponen bertambah,
komponen lain berkurang (Atkins, 1996: 173).
Contohnya : pada
hubungan sifat molar dan sifat molar parsial
Definisi dari
molar parsial(Ratnawati, 2010)
nM = M(T, P, n1, n2, . . . , ni, . . .
)
apabila rumus
tersebut diturunkan maka diferensial totalnya yaitu :
Pada suku pertama dan kedua ruas kanan, dapat dilihat
bahwa keduanya berada pada n konstan, sehingga rumus dapat
ditulis lagi :
Dikarenakan suku ketiga ruas kanan didefinisikan oleh pers. (1), sehingga persamaan dapat ditulis lagi menjadi:
Karena ni = xi n, maka
dni = xi dn + n dxi
Sedangkan d(nM) dapat diganti dengan:
d(nM) = n dM + M dn
Sehingga pers. (2) menjadi:
Suku-suku yang memiliki n dijadikan satu, demikian juga untuk suku-suku yang mengandung dn juga dijadikan
satu, menjadi:
n dan dn masing-masing bernilai sama dan dapat diartikan sembarang, sehingga agar ruas kanan bernilai 0 atau sama
dengan nol, kita harus membuat persamaan yang berada dalam kurung sama dengan nol besar.
Pers. (2) ini sama dengan (3), jika n = 1.
Jika pers. (4) dikalikan dengan n, maka
Turunan terhadap pers. (5) menghasilkan persamaan:
Jika dimasukkan ke pers. (4) maka akan menjadi:
Kemudian akan diperoleh persamaan GIBBS/DUHEM:
Persamaan ketika
proses berlangsung pada T dan P konstan:
Sumber :
Atkins,
P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Ratnawati.
2010. Bab 3 Fugasitas dan Koefisien, fugasitas.http://www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/09/BAB-3-FUGASITAS-DAN-KOEFISIEN-FUGASITAS.ppt
No comments:
Post a Comment