Thursday, June 15, 2017

PENGAPLIKASIAN TEKANAN OSMOTIK PADA INFUS


Nama : Fiddieni Salima 
NIM  : 15630010

INFUS SALAH SATU APLIKASI TEKANAN OSMOTIK PADA KEHIDUPAN

Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut melalui semipermiabel ke dalam larutan. Membrane semipermianel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-molekul dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Jika seseorang memerlukan nutrisi dan injeksi cairan infuse, maka tekanan osmotic cairan infuse yang digunakan harus sesuai dengan tekanan osmitik darah (isotonic/isoosmotik). Pada bab sifat kolegatif larutan, osmolaritas adalah jumlah total milimol elektrolit dalam cairan infuse. Hal ini berhubungan dengan tekanan osmotiknya. Pada pemberian infuse, tekanan osmotic infuse harus sesuai dengan tekanan osmotic darah. Sesuai dengan tinhkat osmolaritasnya, infuse dapat dibedakan menjadi tiga macam.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonic. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari pada larutan yang lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih tinggi dari pada larutan yang lain disebut hipertonik.Tekanan osmotic memainkan peranan penting dalam system hidup. Misalnya, dinding sel darah merah berfungsi sebagai membrane semipermiabel terhadap pelarut sel darah merah. Penempatan sel darah merah dalam larutan hipertonik relative terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan sel keluar sehingga mengakibatkan sel mengerut.
Proses pengerutan sel seperti ini disebut krenasi. Penempatan sel darah dalam larutan yang hipotonik relatif terhadap cairan dalam sel menyebabkan cairan masuk ke dalam sel sehingga sel darah merah akan pecah. Proses ini dinamakan hemolisis. Seseorang yang membutuhkan pengganti cairan tubuh, baik melalui infus maupun meminum cairan pengganti ion tubuh harus memperhatikan konsentrasi cairan infus atau minuman. Konsentrasi cairan infus atau minuman harus isotonik dengan cairan dalam tubuh untuk mencegah terjadi krenasi atau hemolisis.
1.      Larutan hipertonik
 

       Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan cairan infuse (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan dengan cairan hipertonik misalnya pada cairan Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dexrtose 5%+Ringer-laktat , Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah dan albumin.




2.      Larutan hipotonik

Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil daripada tekanan cairan infuse, maka sek daarh merah akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infuse yang ismolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Cairan infuse yang hipotonik digunakan pada keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pasien cuci darah dalam terapi diuretic, juga pada pasien hipergikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan yang tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel menyebabkan kolaps kardivaskuler dan peningkatan tekanan intracranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contoh cairan yang hipotonik adalah NaCl 45% dan dekstrosa 2,5%.
3.      Larutan isotonic
       Cairan infus yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongetif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan larutan NaCl 0,9%. Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonic dengan NaCl 0,9%. Jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,9% air yang masuk keluar dinding sel akan setimbang (kesetimbangan dinamis). Prinsip cairan berpindah dari osmolaritas tinggi ke osmolaritas rendah.
Prinsip tekanan osmotic dalam penggunaan infuse ini merupakan contoh penerapan sifat koligatif larutan di bidang kesehatan. Prinsip tekanan osmotic sebagai salah satu sifat koligatif larutan ditemukan oleh Jacobus Henricus van’t Hoff seorang pemenang nobel kimia tahun 1902 atas penelitiannya pada kinetic kimia tentang kesetimbangan kimia, tekanan osmotic, dan kristalografi. Penelitiannya mengenai tekanan osmotic menunjukkan bahwa tekanan osmotic suatu larutan sebanding dengan konsentrasi dan suhu larutan tersebut.
Prinsip tekanan osmotic tidak hanya digunakan pada cairan infuse. Minuman-minuman pengganti ion tubuh yang kini marak di kalangan masyarakat juga menggunakan prinsip ini sebagai dasar pembuatanyya.

Sumber referensi :
http://yodaperutapratama.blogspot.ru/2012/05/tekanan-osmotik.html diakses pada kamis 15 Juni 2017 pukul 22.00 WIB


No comments:

Post a Comment

KESETIMBANGAN KIMIA DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Nama : JAMA’ATIN NIM : 15630018 KESETIMBANGAN KIMIA DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Ø REAKSI KESETIMBANGAN Rea...