Nama : Kholifatul laila
NIM : 15630012
NIM : 15630012
KESETIMBANGAN
ELEKTROKIMIA
- ELEKTROKIMIA
Elektrokimia mempelajari semua reaksi kimia yang disebabkan oleh
energy listrik semua reaksi kimia yang menghasilkan listrik. Namun sel
elektrokimia sering didefinisikan sebagai sel yang menghasilkan energy listrik
energy listrik akibat reaksi kimia dalam sel tersebut, seperti sel galvani atau
sel volta.
Sel elektrokimia didefinisikan sebagai suatu system yang terdiri
dari dua elektroda yang terpisah minimal oleh satu macam fasa elektrolit,
seperti yang digambarkan pada gambar 1. Biasanya diantara kedua elektroda dalam
sel elektrokimia terdapat perbedaan potensial yang terukur. Penulisan notasi
struktur suatu sel elektrokimia mengikuti beberapa kaidah berikut (Widjajanti,
2005) :
ǀ : Menunjukkan adanya perbedaan fasa
‖ : Dipisahkan oleh suatu jembatan garam
, : Dua komponen yang berada dalam fasa
yang sama
Fasa
teroksidasi dituliskan terlebih dulu, baru diikuti fasa tereduksi dengan notasi
:
Elektode ǀ Larutan ‖ Larutan ǀ
Elektrode
Contoh
penulisan suatu sel elektrokimia :
Gambar 1. Sel elektrokimia
dengan elektroda logam Zn dalam larutan elektrolit ZnSO4 dan
elektroda logam Cu dalam larutan CuSO4 yang dihubungkan dengan
jembatan garam.
Notasinya dapat
di tuliskan sebagai : Zn (s) ǀ Zn2+ (aq) ‖ Cu2+ (aq) ǀ Cu
(s)
Artinya Zn dan Zn2+ berada dalam fasa yang
berbeda yaitu Zn (s) dan Zn2+ (aq)
demikian pula untuk Cu (s) dan Cu2+ (aq). Sedangkan tanda ‖
memperlihatkan bahwa kedua elektroda di pisahkan oleh jembatan garam.
Reaksi
elektrokimia melibatkan perpindahan elektron–elektron bebas dari suatu logam
kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia sangat
penting dalam sel galvani (sel yang menghasilkan arus listrik) dan sel
elektrolisis (sel yang menggunakan/memerlukan arus listrik). Sel galvani secara
umum terjadi reaksi spontan. Reaksi spontan artinya reaksi elektrokimia tidak
menggunakan energi atau listrik dari luar, sedangkan reaksi tidak spontan yaitu
reaksi yang memerlukan energi atau listrik. Beberapa parameter untuk mengetahui
reaksi spontan atau tidak spontan adalah parameter ΔGo, K dan Eo
sel seperti
ditunjukkan dalam Tabel 1.1
(Riyanto, 2012) :
Tabel 1.1 Hubungan antara ΔGo, K dan Eosel
Nilai Eo
sel ditentukan dengan rumus : Eosel = Eoreduksi
– Eooksidasi
Eoreduksi adalah nilai
potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan Eooksidasi
adalah nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami
oksidasi.
Elektroda yang memiliki potensial reduksi
lebih kecil akan mengalami oksidasi, sebaliknya elektroda yang potensial
reduksinya lebih besar akan mengalami reduksi. Berdasarkan data potensial
reduksi untuk Cu2+ dan Zn2+ masing–masing adalah 0,34
volt dan –0,76 volt, sehingga reaksi yang terjadi pada sel di atas adalah:
atau Eosel
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Eosel = Eoreduksi
– Eooksidasi
Eosel
= 0,34 – (–0,76) V
Eosel
= 0,34 + 0,76 = 1,10 V
Suatu sel elektrokimia dapat terjadi secara
spontan atau tidak spontan, dapat diperkirakan dari nilai potensial sel atau Eosel.
Jika potensial sel berharga positif, maka reaksi redoks berlangsung spontan.
Sebaliknya jika potensial sel berharga negatif maka reaksi tidak berlangsung
spontan. Karena nilai Eosel bernilai positif yaitu (+1,10) maka reaksi berlangsung spontan.
- SEL GALVANI
Sel Galvani adalah
sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik dari reaksi redoks spontan
yang terjadi dalam sel. Sel Galvani dinamai dari penemunya, yaitu Luigi
Galvani. Selain itu juga sering disebut sel Volta, dinamai dari penemunya yaitu
Alessandro Volta.
Sel Galvani biasanya mengandung dua buah logam yang terhubung
dengan jembatan garam, atau setengah sel yang dipisahkan dengan membran porous
. Untuk lebih jelas, perhatikan gambar sel Galvani berikut ini:
Gambar 2. Sel
Galvani
- REAKSI PADA SEL GALVANI
Reaksi kimia yang terjadi pada
bejana sebelah kanan merupakan reaksi reduksi dari ion tembaga (bilangan
oksidasi positif) menjadi logam tembaga. Hal ini menyebabkan massa elektroda
tembaga bertambah. Kekurangan muatan positif terhadap muatan negatif akibat
reduksi tembaga segera disetimbangkan oleh muatan positif jembatan garam.
Dengan demikian elektrolit tetap netral. Sebaliknya elektrolit dalam bejana
kiri akan terjadi penambahan kation sebagai akibat reaksi oksidasi logam zink.
Hal ini dapat diketahui karena berkurangnya massa elektroda zink. Reaksi sel
yang terjadi adalah :
Zn (s ) + Cu Zn + Cu (s )
Zn (s ) + Cu Zn + Cu (s )
- JEMBATAN GARAM
Jembatan garam adalah alat yang digunakan
untuk menghubungkan reaksi reduksi dan oksidasi setengah sel dari sel volta.
Jembatan garam berbentuk seperti huruf U terbalik yang diisi dengan larutan
elektrolit KCl (dalam agar-agar) yang kedua ujungnya disumbat dengan kapas agar
tidak terjadi aliran mekanis. Selain KCl, bisa juga digunakan elektrolit KNO ,
NaCl dan K SO . Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menghantarkan
arus listrik antara kedua elektrolit yang berada dalam bejana. Selain itu,
jembatan garam juga berguna untuk menetralkan kelebihan atau kekurangan muatan
dari ion-ion yang ada dalam larutan di dalam kedua bejana selama reaksi
elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat dari suatu zat yang digunakan
untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi dengan elektrolit
yang digunakan dalam pengukuran potensial sel.
- ELEKTRODA SEL GALVANI
Elektroda dalam sel Galvani terbalik
dengan elektroda sel elektrolisis. Dalam sel Galvani,
Anoda adalah
elektroda dimana terjadi reaksi oksidasi (kehilangan elektron). Anoda menarik
anion.
Katoda
adalah elektroda dimana terjadi reaksi reduksi (menerima elektron). Katoda
menarik kation.
- PERSAMAAN NERNST
Beda potensial antara elektroda kanan
(reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan dengan perhitungan (Esel).
Secara umum dapat dituliskan rumus berikut (Riyanto, 2012 : 3-4) :
ΔG= –nFEsel dan ΔGo=
–nFEosel (1.1)
Bila nilai DGL
sel positif, maka ΔG negatif dan reaksi berlangsung secara spontan. Sedangkan
bila DGL sel negatif, ΔG positif dan reaksi berlangsung tidak spontan. Menurut
kesetimbangan kimia:
ΔG= ΔGo
+ RT ln Q (1.2)
Bila perubahan
energi Gibbs dinyatakan sebagai potensial kimia, maka persamaan 1.2 dapat
ditulis menjadi
μi = μio +
RT ln ai (1.3)
Jika nilai μi disubstitusi dengan
persamaan 1.3, maka
–nFEsel =–nFEosel
+ RT ln K (1.4)
Esel = Eosel – RT ln K (1.5)
nF
Hubungan antara
Esel dan Eosel ini disebut persamaan Nernst,
dimana K adalah tetapan kesetimbangan yang nilainya sama dengan
perbandingan aktifitas spesi teroksidasi terhadap spesi tereduksi.
K = [ᵅoksidasi ]
[ᵅreduksi] (1.6)
Pada kesetimbangan, nilai Esel
adalah nol sehingga
Eosel = RT ln K (1.7)
nF
K = ₑ nFEsel
Dengan
menggunakan persamaan 1.8, nilai K pada kesetimbangan dapat ditentukan.
Berikut
adalah table potensial reduksi standard pada suhu 250C:
Tabel 1.2 Potensial reduksi standar pada 25oC,
relatif terhadap elektroda normal hidrogen (ENH) (Riyanto, 2012 : 6-7) :
- PENGUKURAN DAYA GERAK LISTRIK (DGL) SEL
Besarnya daya gerak listrik antara dua elektroda dapat diukur dengan
voltmeter atau multimeter. Namun cara ini tidak teliti karena akan ada arus
dari sel yang melalui voltmeter dan akan menyebabkan perubahan DGL yang diukur.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur DGL secara teliti adalah
Potensiometer (Widjajanti, 2005 : 3).
Menggunakan cara yang telah disebutkan di atas, yang dapat diukur adalah
beda potensial antara dua buah elektroda. Tidak mungkin mengukur
potensial suatu elektroda tunggal. Sehingga yang disebut dengan satu
sistem sel pasti terdiri dari dua elektroda. Untuk mengukur potensial
suatu elektroda tertentu maka diperlukan elektroda lain yang disebut sebagai elektroda
pembanding. Dengan demikian beda potensial kedua elektroda dapat diukur,
karena besarnya potensial elektroda pembanding sudah diketahui dengan pasti,
maka besarnya potensial elektroda yang ingin diketahui dapat dihitung
(Widjajanti, 2005 : 4).
Sebagai elektroda pembanding dipilih elektroda hidrogen standar yang
berdasarkan perjanjian potensialnya berharga nol volt ( 0 Volt). Suatu
elektroda yang dicelupkan ke dalam
larutan yang mengandung ionnya dengan keaktifan
berharga satu (a= 1) dan diukur dengan elektroda pembanding elektroda
hidrogen standar pada suhu 25oC disebut potensial elektroda
standar.
Elektroda hidrogen standart
Elektroda
ini terdiri atas logam platina yang dicelupkan ke dalam suatu larutan asam
(yang mengandung ion H+) dengan konsentrasi 1,0 M (dan koefisien
keaktifan a = 1) dan dialiri gas hidrogen pada tekanaan 1 atm seperti
pada gambar 3.
Gambar 3. Elektroda hydrogen standart
Reaksi yang
terjadi pada elektroda platina adalah reduksi ion H+ menjadi gas hidrogen:
2H+ (aq) + 2 e H2
(g)
Elektroda
platina digunakan hanya bila sistem setengah sel bukan logam. Fungsi elektroda
platina adalah sebagai penghubung logam inert dengan sistem H2 H+,
dan sebagai tempat gas H2 teradsorpsi di permukaan.
- POTENSIAL ELEKTRODA STANDAR (EӨ)
Potensial elektroda standar dari suatu
elektroda didefinisikan sebagai DGL (daya gerak listrik) suatu sel yang terdiri dari
elektroda yang dicelupkan ke dalam suatu larutan yang mengandung ionnya dengan keaktifan berharga
satu ( a = 1) dan elektroda hidrogen standard sebagai pembanding, pada tekanan
hidrogen 1 atm dan suhu kamar. Sistem elektroda dalam seltersebut harus
reversibel secara termodinamika yaitu :
Mn+ (a=1) + n e ‹══› M
Sebenarnya yang diukur bukanlah
potensial elektroda, tetapi lebih tepat bila dikatakan sebagai beda potensial
(terhadap hidrogen = 0 v). Yang umum dikenal adalah potensial reduksi standar.
- HUBUNGAN ANTARA POTENSIAL SEL (E) DAN ENERGI BEBAS GIBBS (ΔG)
Hubungan antara energi bebas Gibbs dan Potensial sel arus nol (E) dapat diturunkan dengan memeperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan kuantitas yang sangat kecil dξ pada beberapa komposisi. Maka G pada P,T tetap dan komposisi tertentu akan berubah sebesar (Widjajanti, 2005) :
(1)
Karena kerja maksimum yang dapat dilakukan reaksi itu ketikareaksi berlangsung sebesar d ζ
pada temperatur dan tekanan
tetap adalah
d we = ΔGӨ . d ζ (2)
yang harganya
sangat kecil dan komposisi sistem sebenarnya adalah tetap ketika reaksi ini berlangsung.
Sehingga kerja yang dilakukan untuk muatan yang sangat kecil –zF.dζ yang
bergerak dari anoda ke katoda dengan
beda potensial tertentu akan berharga
dwe = - n F dζ .E (3)
maka didapat
- nF EӨ = ΔGӨ atau EӨ = - ΔG
nF (4)
n adalah jumlah elektron yang terlibat
dalam setengah reaksi. Berdasarkan
harga energi bebas gibbs ΔG, dapat diramalkan berlangsung tidaknya suatu sel elektrokimia. Suatu reaksi sel akan berlangsung spontan bila ΔG < 0
atau harga E >0.
- HUBUNGAN ANTARA POTENSIAL SEL DAN PH
Untuk menentukan pH suatu larutan, maka elektroda standar yang digunakan
dipasang sebagai katoda. Sebagai contoh bila menggunakan elektroda hidrogen
standar sebagai katoda,
maka
reaksi yang terjadi pada (Widjajanti, 2005) :
Anoda : ½ H2 (g) H+ + e-
Katoda : H+ (standar) + e ½ H2 (g)
Reaksi sel : ½ H2 (g) + H+
(standar) H+
(dari larutan ) + ½ H2 (g)
Sehingga E sel nya menjadi :
Untuk R = 8,314 J/ mol; T=
298K dan F= 96500 coulomb dan tekanan H2 = 1 atm serta [H+]
std = 1, dan Eo sel = 0 (perjanjian) maka
E sel = 0 – 0,059 log [H+]
atau E sel = 0,059 . pH
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
PW. 1994. Physical Chemistry, 5th.ed. Oxford : Oxford
University Press.
Riyanto,
Ph. D. 2012. Elektrokimia Dan Aplikasinya. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Widjajanti,
Endang. 2005. Elektrokimia, Materi Kimia Untuk PembinaanOlimpiade Sains
Tingkat Propinsi DIY, 23 Junu ad. 2 Juli 2005. Dosen Jurusan Pendidikan
Kimia FMIPA UNY.
No comments:
Post a Comment