Ditulis oleh:
Nama : luthfiyatul azizah
Nim:15630007
KESETIMBANGAN FASA
Kata fasa berasal dari
bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase
(P) adalah keadaan materi yang
seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya melainkan
juga dalam keadaan fisiknya. Sedangkan komponen
(C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner (syukri,1999).
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia
dan sifat – sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh
suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya
aturan fasa Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus
– Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan
suhu. Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult.
Larutan non elektrolit nyata (real)
akan mengikuti hukum Henry( dogra, 1990)
1. Fasa (p)
Fasa
adalah bagian yang serba sama dari suatu sisitem, yang dapat dipisahkan secara
mekanik , serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam
fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian dalam uap tersebut. Dalam fasa
cair kerapatannya serbasama disemua bagian dalam cair tersebut, tetapi nilai
kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Contoh nya air yang berisi
pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua fasa yang
berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair (air) (Atkins,1999)
Sistem
yang hanya terdiri atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada
kesetimbangan sebab gas selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang
hanya terdiri atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu
fasa atau lebih tergantung pada kelarutannya (Atkins,1999)
Fasa dapat didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang :
a.
Homogen dan dipisahkan oleh
batas yang jelas
b.
Sifat fisik dan sifat kimia
berbeda dari bagian sistem lain
c.
Dapat dipisahkan secara mekanik
dari bagian lain sistem itu
Contoh
¨ sistem satu fasa : Dua cairan yang bercampur homogen
¨sistem 2 fasa: cairan polar (misal air) dan non polar (misal :minyak)
sistem belerang padat (monoklin dan rombik)
¨sistem 3 fasa: es, uap air dan air
CaCO3(s) CO2 (g) + CaO (s
2. Komponen (c)
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan
jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan
komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan
jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia dalam system
dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat
terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut
Contoh :
H2O
(g) H2O (l) jumlah komponen C = 1
2(g)
+ 3 H2(g)2 NH2(g)
jumlah
komponen C = 3 untuk perbandingan mol N2 dan H2≠ 1:3
jumlah
komponen C = 2 bila perbandingan mol N2: H2= 1 : 3
3. Derajat Kebebasan
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita
tidak akan meninjau variabel ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap
fasa tetapi meninjau variabel-variabel intensif seperti suhu, tekanan, dan
komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan suatu system disebut derajat kebebasan dari sistem
tersebut (Atkins,1999)
a.
Sistem Satu Komponen
Ø
Aturan Fasa Gibbs
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan
sederhana antara jumlah fasa setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran
intensif bebas yang dapat melukiskan keadaan sistem secara lengkap. Menurut
Gibbs,
.......................................... (1)
dimana υ
= derajat kebebasan
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
γ = jumlah besaran intensif
yang mempengaruhi sistem (P, T)
Derajat kebebasan
suatu sistem adalah bilangan terkecil yang menunjukkan jumlah variabel bebas
(suhu, tekanan, konsentrasi komponen – komponen) yang harus diketahui untuk
menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni, diperlukan hanya dua variabel
untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel
ketiga dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga,
sistem yang terdiri dari satu gas atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan
dua (υ = 2).
Bila suatu zat berada dalam
kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk menggambarkan sistem akan
berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan. Misalnya
pada reaksi penguraian H2O.
H2O(g) D H2(g) + ½ O2(g)
............................................. (2)
Dengan menggunakan
perbandingan pada persamaan 2, salah satu konsentrasi zat akan dapat ditentukan
bila nilai konstanta kesetimbangan dan konsentrasi kedua zat lainnya diketahui.
Diagram fasa adalah diagram yang menggambarkan keadaan sistem (komponen dan fasa) yang dinyatakan dalam 2 dimensi. Dalam diagram ini tergambar sifat - sifat zat seperti titik didih, titik leleh, titik tripel. Sebagai contoh adalah diagram fasa 1 komponen adalah diagram fasa air
Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam diagram fasa yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.
Gambar 2. Diagram fasa air pada tekanan rendah
Titik A pada kurva menunjukkan
adanya kesetimbangan antara fasa – fasa padat, cair dan gas. Titik ini disebut
sebagai titik tripel. Untuk
menyatakan keadaan titik tripel hanya dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu
atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan untuk titik tripel adalah nol. Sistem
demikian disebut sebagai sistem invarian.
Keberadaan Fasa – Fasa dalam Sistem Satu Komponen
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa – fasa padat, cair dan
gas terhadap
suhu pada tekanan tetap
Persamaan Clausius – Clapeyron
Untuk
peristiwa penguapan dan sublimasi, Clausius menunjukkan bahwa persamaan
Clapeyron dapat disederhanakan dengan mengandaikan uapnya mengikuti hukum gas
ideal dan mengabaikan volume cairan (Vl) yang jauh lebih kecil dari
volume uap (Vg).
Persamaan
18 disebut Persamaan Clausius –
Clapeyron. Dengan menggunakan persamaan di atas, kalor penguapan atau
sublimasi dapat dihitung dengan dua tekanan pada dua suhu yang berbeda.
Bila
entalpi penguapan suatu cairan tidak diketahui, harga pendekatannya dapat
diperkirakan dengan menggunakan Aturan
Trouton, yaitu
..........................
(19)
b.
Sistem dua komponen cair-gas ideal
Yang dimaksud
dengan sistem dua komponen cair-gas adalah sistem yang terdiri dari cairan
dengan uapnya. Sistem dikatakan ideal bila memenuhi hukum Raoult pada semua
rentang konsentrasi. Untuk campuran biner ideal, proses pencampuran tidak
menimbulkan efek kalor karena energy interaksi antara komponen 1 dan komponen 2
sama dengan energi interaksi antara sesama partikel komponen 1 maupun sesama
partikel komponen 2 ( syukri, 1999)
Pada tahun 1884, Raoult mengemukakan hubungan
sederhana yang dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan parsial zat i di atas larutan (Pi ) dari
suatu komponen dalam larutan. Menurut Raoult,
................................................ (20)
Pernyataan ini disebut sebagai Hukum Raoult, yang akan dipenuhi bila komponen – komponen dalam larutan mempunyai sifat yang mirip atau antaraksi antar larutan besarnya sama dengan interaksi di dalam larutan (A – B = A – A = B – B). Campuran yang demikian disebut sebagai campuran ideal, contohnya campuran benzena dan toluena
Gambar 4 Tekanan total dan parsial untuk
campuran benzena – toluena pada 60oC
Gambar 5 Fasa cair dan uap untuk campuran
benzena – toluena pada 60oC
Hukum Henry
Hukum
Raoult berlaku bila fraksi mol suatu komponen mendekati satu. Pada saat fraksi
mol zat mendekati nilai nol, tekanan parsial dinyatakan dengan
................................................ (21)
yang
disebut sebagai Hukum Henry, yang
umumnya berlaku untuk zat terlarut. Dalam suatu larutan, konsentrasi zat
terlarut (dinyatakan dengan subscribe
2) biasanya lebih rendah dibandingkan pelarutnya (dinyatakan dengan subscribe 1). Nilai K adalah tetapan Henry yang besarnya tertentu untuk setiap pasangan
pelarut – zat terlarut (pettruci, 1992).
Tabel 3.1. Tetapan Henry untuk gas – gas terlarut pada 25oC (K2
/ 109 Pa)
Gas
|
Pelarut
|
|
Air
|
Benzena
|
|
H2
|
7,12
|
0,367
|
N2
|
8,68
|
0,239
|
O2
|
4,40
|
|
CO
|
5,79
|
0,163
|
CO2
|
0,167
|
0,0114
|
CH4
|
4,19
|
0,569
|
C2H2
|
0,135
|
|
C2H4
|
1,16
|
|
C2H6
|
3,07
|
|
Kelarutan gas dalam cairan
dapat dinyatakan dengan menggunakan tetapan Henry. Hukum Henry berlaku dengan
ketelitian 1 – 3% sampai pada tekanan 1 bar. Kelarutan gas dalam cairan umumnya
menurun dengan naiknya temperatur, walaupun terdapat beberapa pengecualian
seperti pelarut amonia cair, lelehan perak, dan pelarut – pelarut organik.
Senyawa – senyawa dengan titik didih rendah (H2, N2, He,
Ne, dll) mempunyai gaya tarik intermolekular yang lemah, sehingga tidak terlalu
larut dalam cairan. Kelarutan gas dalam air biasanya turun dengan penambahan
zat terlarut lain (khususnya elektrolit) (petrucci, 1992).
APLIKASI
KESETIMBANGAN FASA
Distilasi
Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang
dari 20°C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah.Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah,
untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. Perbedaan distilasi
fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan
secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang
berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di
bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak
volatil cairannya( istianah, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1994.
Kimia Fisika Jilid 1. Erlangga.
Jakarta.
Dogra,
S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal.
UI-Press. Jakarta.
Istianah, ana. 2011. Makalah kesetimbangan kimia. Diakses
pada Jum’at 17 Juni 2017. http://anaistianah.blogspot.co.id/2011/11/makalah-kesetimbangan-kimia.html
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1 Erlangga.
Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB Press. Bandung.
No comments:
Post a Comment