NIM : 15630001
REAKSI REDOKS DAN ELEKTOKIMIA
Pengertian
reaksi redoks
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan
bilangan oksidasi atau reaksi yang di dalamnya terdapat serah terima elektron
anatar zat. Reaksi redoks sederhana dapat disetarakan dengan mudah tanpa metode
khusus. Akan tetapi untuk reaksi yang cukup kompleks, ada dua metode
yang dapat digunakan untuk meyetarakannnya, yaitu:
1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air dan memiliki persamaan ionik.
1. Metode bilangan oksidasi, yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air, dan memiliki persamaan reaksi lengkap (bukan ionik).
2. Metode setengah reaksi (metode ion elektron), yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air dan memiliki persamaan ionik.
1.
Metode bilangan oksidasi
Prinsip dasar metode ini adalah jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Untuk menyetarakan persamaan redoks dengan metode ini, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
2. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
3. Tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.
4. Setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang sesuai.
5. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen.
Prinsip dasar metode ini adalah jumlah kenaikan bilangan oksidasi dari reduktor (zat yang teroksidasi) sama dengan jumlah penurunan bilangan reduksi dari oksidator (zat yang tereduksi). Untuk menyetarakan persamaan redoks dengan metode ini, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
2. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
3. Tentukan jumlah berkurang dan bertambahnya bilangan oksidasi.
4. Setarakan jumlah perubahan jumlah bertambah dan berkurangnya bilangan oksidasi tersebut dengan memberi koefisien yang sesuai.
5. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen, dan terakhir oksigen.
2.
Metode setengah reaksi atau
metode ion elektron
Prinsip dasar metode setengah reaksi adalah pemisahan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam reaksi redoks. Masing-masing reaksi tersebut dinamakan setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Kedua reaksi ini kemudian disetarakan secara terpisah, sebelum digabungkan kembali untuk memperoleh persamaan reaksi redoks yang sudah setara secara keseluruhan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode ini, yaitu:
Persamaan reaksi redoks merupakan penjumlahan dua setengah reaksi.
Jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi sama dengan jumlah elektron yang ditangkap pada reduksi.
Suasana berlangsungnya reaksi.
Metode setengah reaksi digunakan untuk reaksi redoks yang memiliki persamaan reaksi ionik dimana serah terima elektron digambarkan dengan jelas. Pembahasan metode ini, dibagi menjadi dua kondisi, yaitu untuk suasana asam dan suasana basa atau netral.
a. Reaksi redoks untuk larutan asam
Penyetaraan reaksi redoks untuk kondisi asam dilakukan dengan penambahan ion H+. Untuk menyetarakan persamaan redoks pada suasana asam, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
2. Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
3. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
4. Setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
5. Setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
6. Setarakan muatan dengan menambahakan elektron (e-) ke ruas yang meuatannya lebih positif
7. Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi
Prinsip dasar metode setengah reaksi adalah pemisahan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi dalam reaksi redoks. Masing-masing reaksi tersebut dinamakan setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Kedua reaksi ini kemudian disetarakan secara terpisah, sebelum digabungkan kembali untuk memperoleh persamaan reaksi redoks yang sudah setara secara keseluruhan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode ini, yaitu:
Persamaan reaksi redoks merupakan penjumlahan dua setengah reaksi.
Jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi sama dengan jumlah elektron yang ditangkap pada reduksi.
Suasana berlangsungnya reaksi.
Metode setengah reaksi digunakan untuk reaksi redoks yang memiliki persamaan reaksi ionik dimana serah terima elektron digambarkan dengan jelas. Pembahasan metode ini, dibagi menjadi dua kondisi, yaitu untuk suasana asam dan suasana basa atau netral.
a. Reaksi redoks untuk larutan asam
Penyetaraan reaksi redoks untuk kondisi asam dilakukan dengan penambahan ion H+. Untuk menyetarakan persamaan redoks pada suasana asam, harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tulislah bilangan oksidasi setiap unsur untuk mengetahui unsur mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
2. Tulislah kerangka setengah reaksi reduksi dan oksidasinya.
3. Setarakan jumlah unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi antara ruas kiri dengan ruas kanan dengan menambah koefisien yang tepat.
4. Setarakan oksigen (O) dengan menambahkan H2O ke ruas yang kekurangan O
5. Setarakan hidrogen (H) dengan menambahkan H+ ke ruas yang kekurangan atom H
6. Setarakan muatan dengan menambahakan elektron (e-) ke ruas yang meuatannya lebih positif
7. Samakan jumlah elektron pada reaksi reduksi dan oksidasi
ATURAN
BILOKS (CARA MENENTUKAN BILANGAN OKSIDASI)
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0
2. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida = –1 (misalnya : NaH)
3. Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1 (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2
4. Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3)
5. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1
6. Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl-=–1, Mg pada Mg2+=+2)
7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol)
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0
2. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida = –1 (misalnya : NaH)
3. Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1 (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2
4. Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3)
5. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1
6. Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl-=–1, Mg pada Mg2+=+2)
7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol)
Pengertian Sel Elektrokimia
Elektrokimia adalah
reaksi redoks yang bersangkut paut dengan listrik. Reaksi elektrokimia dibagi menjadi 2, yaitu: Sel
galvani/sel volta adalah reaksi redoks yang menghasilkan listrik.
Sel Volta
Sel Volta merupakan jenis
sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik dari reaksi redoks yang
berlangsung spontan. Sel Volta juga disebut dengan sel Galvani. Penamaan sel
Volta dan sel Galvani diberikan untuk menghargai jasa penemu kedua sel
ini,yaitu Alexander Volta dan Luigi Galvani. Pada sel Volta,anoda adalah kutup
negatif dan katoda adalah kutup postif. Anoda dan katoda yang berupa logam
dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang mengandung masing-masing ion
logamnya. Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam, sedangkan kedua
elektroda dihubungkan dengan kawat. Listrik yang dihasilkan diukur dengan Voltmeter
yang dipasang pada kawat. Contoh reaksi redoks spontan dalam sel Volta yang
menghasilkan energi listrik adalah reaksi antara seng dan tembaga.
1.
Notasi sel volta
Rangkaian sel volta
dapat ditulis dalam bentuk notasi atau diagram sel. Dalam menuliskan diagram
sel, anoda dituliskan di sebelah kiri dan katoda di sebelah kanan yang
dipisahkan oleh jembatan garam. Jembatan garam dilambangkan dengan dua garis
sejajar (||). Secara umum, notasi sel dituliskan sebagai berikut:
anoda | Larutan | |
Larutan | katoda
sehingga pada sel
volta di atas dituliskan dalam bentuk notasi sel :
Zn | Zn2+ | | Cu2+ | Cu
Notasi tersebut
menyatakan bahwa pada anoda terjadi reaksi oksidasi Zn menjadi
Zn2+ , sedangkan di katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu.
2. Potensial Elektroda Standar
Pada sel volta yang tersusun dari
Pada sel volta yang tersusun dari elektroda Zn dan Cu, ternyata elektroda Zn
mengalami oksidasi. Hal ini menunjukkan bahwa logam Zn lebih cenderung
mengalami oksidasi dibandi kan logam Cu. Untuk membandingkan kecenderungan
logam-logam mengalami oksidasi digunakan elektroda hydrogen sebagai pembanding
yang potensial elektrodanya adalah 0 volt. Potensial sel yang dihasilkan oleh
elektroda logam dengan elektroda hidrogen pada kondisi standar, yaitu pada suhu
25°C, tekanan gas 1 atmosfer dan konsentrasi ion-ion 1M disebut potensial
elektroda standar logam tersebut dan diberi lambang E°.
Potensial elektrode berkaitan
dengan reaksi redoks sehingga ada dua jenis potensial elektrode, yaitu
potensial reduksi dan potensial oksidasi . potensial oksidasi merupakan nilai
yang sama dengan potensial reduksi dengan tanda berlawanan.
E° oksidasi = – E° reduksi
Contoh :
Reaksi reduksi : Zn2+ + 2e → Zn E° = -0,76 volt
Reaksi oksidasi : Zn→ Zn2+ +
2e E° = +0,76 volt
3.
Potensial Sel
perbedaan potensial dari kedua
elektroda (katoda dan anoda) disebut beda potensial atau potensial
sel standar yang diberi lambar Esel.
Esel = E° katoda
– E°anoda
Katoda merupakan tempat terjadi reaksi
reduksi sehingga mempunyai E° lebih besar, sedangkan anoda merupakan tempat
terjadi reaksi oksidasi sehingga mempunyai harga E° lebih kecil.
Potensial sel dapat digunakan
untuk memperkirakan spontan tidaknya suatu reaksi redoks. Reaksi redoks berlangsung
spontan bila Esel > 0 (positif) dan tidak spontan bila Esel < 0
(negatif).
Pengaruh Konsentrasi terhadap
Potensial Sel
Sejauh ini potensial sel standar
diukur dari potensial setengah sel juga pada keadaan standar sementara
kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan standarnya
Berdasarkan persamaan yang telah
diketahui:
∆G = ∆Go + RT ln Q sedangkan
∆G = -nFEsel juga ∆Go = -nFEosel sehingga
-nFEsel = -nFEosel + RT ln Q
Esel = Eosel – (RT/nF) ln Q
4. Deret Volta
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb
H Sb Bi Cu Hg Ag Pt
|
Pada Deret Volta, unsur logam
dengan potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan
unsur dengan potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian
kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu
logam dalam deret tersebut, maka
§ Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas elektron)
§ Logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin mudah mengalami
oksidasi)
Sebaliknya, semakin ke kanan
kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka
§ Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron)
§ Logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah mengalami
reduksi.
Elektrolisis
Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks
yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki
yang dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis
dalam kehidupan sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang
diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan dengan
menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air
menjadi unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2 H2O(l)——> 2 H2(g) + O2(g)
Rangkaian sel elektrolisis hampir
menyerupai sel volta. Yang membedakan sel
elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan sumber
arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis, ditempatkan dalam suatu
wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun lelehan
elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya
merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au).
Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub
negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan kutub
positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan
menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan logam.
Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan
menarik anion-anion yang akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas
bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di katoda dan
gas di anoda.
Ada dua tipe elektrolisis,
yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis
lelehan, kation
pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di anoda. Sebagai contoh, berikut ini
adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan
istilah sel Downs) :
Katoda
(-)
: 2 Na+(l) + 2 e– ——> 2 Na(s) ……………….. (1)
Anoda
(+)
: 2 Cl–(l) Cl2(g) + 2 e– ……………….. (2)
Reaksi
sel
: 2 Na+(l) + 2 Cl–(l) ——> 2 Na(s) + Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis
lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda. Bagaimana halnya
jika lelehan garam NaCl diganti dengan larutan garam NaCl? Apakah proses yang terjadi
masih sama? Untuk mempelajari reaksi elektrolisis larutan garam
NaCl, kita
mengingat kembali Deret Volta (lihat
Elektrokimia I : Penyetaraan Reaksi Redoks dan Sel Volta).
Pada katoda, terjadi persaingan antara air
dengan ion Na+.
Berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion
Na+. Ini berarti,
air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang
bereaksi di katoda adalah air. Sementara,
berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl– dan air hampir sama. Oleh
karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi
ion Cl– lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang
bereaksi di anoda adalah ion Cl–. Dengan demikian, reaksi yang
terjadi pada elektrolisis larutan garam
NaCl adalah sebagai
berikut :
Katoda
(-)
: 2 H2O(l) + 2 e– ——> H2(g) + 2 OH–(aq) ……………….. (1)
Anoda
(+)
: 2 Cl–(aq) ——> Cl2(g) + 2 e– ……………….. (2)
Reaksi
sel
: 2 H2O(l) + 2 Cl–(aq) ——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH–(aq) ……………………. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis
larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH‑ (basa) di katoda serta gelembung
gas Cl2 di anoda. Terbentuknya ion OH– pada katoda dapat dibuktikan
dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk
elektrolisis lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Selanjutnya kita mencoba
mempelajari elektrolisis larutan Na2SO4. Pada katoda, terjadi persaingan antara air
dan ion Na+. Berdasarakan
nilai E°red, maka air yang akan tereduksi di katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan
antara ion SO42- dengan
air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah
mencapai keadaan maksimumnya, yaitu +6, maka spesi SO42- tidak dapat mengalami
oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di anoda. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Katoda
(-)
: 4 H2O(l) + 4 e– ——> 2 H2(g) + 4 OH–(aq) ……………….. (1)
Anoda
(+)
: 2 H2O(l) ——> O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e– ……………….. (2)
Reaksi sel
: 6 H2O(l) ——>
2 H2(g) + O2(g) + 4 H+(aq) +
4 OH–(aq) …………………….. [(1) + (2)]
6 H2O(l) ——>
2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) ………………….
[(1) + (2)]
2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) ……………………..
[(1) + (2)]
Dengan demikian, baik ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi
justru adalah peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal
yang serupa juga ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2 dan K2SO4.
Bagaimana halnya jika
elektrolisis lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak inert,
seperti Ni, Fe, dan Zn? Ternyata, elektroda yang tidak inert hanya dapat
bereaksi di anoda, sehingga produk yang dihasilkan
di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam yang tidak inert
mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak mempengaruhi produk yang dihasilkan
di katoda. Sebagai
contoh, berikut adalah proses elektrolisis larutan garam NaCl dengan
menggunakan elektroda Cu :
Katoda
(-)
: 2 H2O(l) + 2 e– ——> H2(g) + 2 OH–(aq) ……………………..
(1)
Anoda
(+)
: Cu(s) ——> Cu2+(aq) + 2 e– ……………………..
(2)
Reaksi
sel
: Cu(s) + 2 H2O(l) ——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH–(aq) ……………………..
[(1) + (2)]
Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan reaksi elektrolisis :
- Baik elektrolisis lelehan maupun larutan, elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda
- Pada elektrolisis lelehan, kation pasti bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
- Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion alkali, alkali tanah, ion aluminium, maupun ion mangan (II), maka air yang mengalami reduksi di katoda
- Pada elektrolisis larutan, bila larutan mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam oksi, maka air yang mengalami oksidasi di anoda
PersamaanNerst
PersamaanNerstmenjadi:
Bila E°
merupakan potensial electrode baku,
maka kadar lebih menonjol terlihat daripada aktivitas.
Perubahan satu unit logaritma akan merubah harga E dengan 59,16/mV.
Persamaan 1
atauoksidasi/reduksi adalah persamaan yang bolak-balikdalam keseimbangan, danmengikutikaidah termodinamika.
Hubungan pH
Rumusuntukmengukur pH dikemukakanoleh
Nernst.
RT
E = E.° - ———— log [H+]
E = E.° - ———— log [H+]
nF
E0 adalah potensial dasar untuk setiap elektrolit yang digunakan R
= tetapan gas, T = Suhumutlak (Kelvin), F= bilangan Faraday =96845,
coulomb/mol, dan n = jumlahelektron yang terlibat dalam proses tersebut
Untuk n =1, makafaktor RT/nF =0,591.
(25o C).Maka Sorenson
merumuskan:
E = Eo-0,591 pH.
Aplikasi Persamaan Nernst
Saat Q < 1 sehingga [reaktan]
> [produk] maka Esel > Eosel
Saat Q = 1 sehingga [reaktan] =
[produk] maka Esel = Eosel
Saat Q > 1 sehingga [reaktan]
< [produk] maka Esel < Eosel
Jika kita memasukkan nilai R dan
T pada 298
Esel = Eosel – (0,0592 V/n) log Q (pada 25oC)
Sumber :
No comments:
Post a Comment